
29 November 2022
2023 Ekonomi Memburuk, Ini Yang Dilakukan Pengusaha Properti
Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi ekonomi global yang diperkirakan akan memburuk di tahun 2023 tidak menyurutkan keyakinan pelaku industri properti di Tanah Air untuk tetap optimis menatap tahun 2023. Melalui berbagai terobosan dan inisiatif baru para pengembang meyakini bahwa bisnis mereka akan tumbuh positif di tahun depan.
Marketing Director PT Agung Podomoro Land Tbk Agung Wirajaya menyampaikan optimismenya bahwa industri properti akan tetap tumbuh positif tahun depan. Menurutnya, ekonomi Indonesia memiliki fundamental yang baik dan diprediksi akan terus tumbuh positif di 2023. Melalui berbagai strategi dan inisiatif baru Agung Podomoro mampu memanfaatkan situasi pandemi Covid-19 selama tiga tahun terakhir dengan pertumbuhan bisnis yang sangat positif.
"Dengan berbagai perubahan pasca Covid-19, pengembang dituntut untuk melakukan berbagai terobosan agar proyek-proyek properti kami sesuai dengan kebutuhan konsumen terkini. Strategi itu yang telah dilakukan oleh Agung Podomoro dalam tiga tahun terakhir dan berhasil," jelas Agung dalam keterangan resmi, Selasa (29/11/2022).
Sebagai contoh pada saat pandemi, Agung Podomoro meluncurkan hunian di Kota Podomoro Tenjo dan terjual hingga 4.500 unit. Bahkan apartemen Podomoro City Deli Medan yang di bangun APL di Medan sold out dalam waktu singkat.
"Kebutuhan hunian masih sangat besar sekali gap-nya. Sekarang sudah mencapai 12,7 juta, dan pasti setiap tahun akan bertambah terus jumahnya. Kalau pun seluruh pengembang bergabung, belum tentu dapat memenuhi kebutuhan hunian yang sangat besar itu," kata Agung.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal III-2022 perekonomian Indonesia tumbuh 5,72% secara tahunan. Angka itu lebih tinggi dari pertumbuhan pada kuartal II-2022 yang sebesar 5,44% secara tahunan.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David E. Sumual mengatakan, tren pertumbuhan ekonomi yang positif ini tentunya akan terus dijaga oleh pemerintah. Bahkan, di saat situasi ekonomi masih wait and see, beberapa instrumen investasi justru akan mengalami kenaikan, misalnya emas dan properti.
Menurut David banyak bank juga belum menaikkan suku bunga KPR kendati suku bunga acuan Bank Indonesia telah beberapa kali naik. Karena itu David menilai investasi properti akan tetap menarik mengingat tren harga kenaikan harga properti masih akan terus terjadi. Properti juga menjadi sebagai salah satu instrumen investasi yang aman.
David melihat, peran sektor properti dibuktikan lewat kontribusi terhadap PDB. Pada kuartal II 2022 kontribusi sektor kontruksi terhadap PDB mencapai 9,14%, dan 2,47% untuk real estate. Selain itu, pertumbuhan juga ditunjukkan oleh sektor properti pada kuartal II-2022 dengan capaian yang melampaui level sebelum pandemi sebesar 2,16% (yoy) untuk real estate, dan 1,02% (yoy) untuk konstruksi.
"Indeks Demand Properti Komersial pada kuartal II-2022 juga naik sebesar 1,58% (yoy). Hal ini memberikan keyakinan bahwa sektor properti masih akan tetap tumbuh, apalagi perbankan akan tetap menjaga tingkat suku bunga KPR di level yang terjangkau konsumen," jelas David dalam diskusi tersebut.
Hal senada diungkapkan Presiden Direktur PT ERA Indonesia Darmadi Darmawangsa. Optimisme pelaku usaha sektor properti ditandai dengan banyaknya developer yang tetap meluncurkan proyek baru meskipun kondisi ekonomi belum sepenuhnya pulih pasca pandemi.
"Itu dikarenakan hunian merupakan kebutuhan primer, sehingga demand akan selalu ada. Masih banyak sekali orang yang butuh hunian dan belum terpenuhi," katanya.
Dalam kurun 40 tahun terakhir, lanjut Darmadi, 90% penduduk kelas menengah atas di Indonesia kekayaannya berasal dari kepemilikan properti. "Kalau tidak investasi di properti, pasti kekayaannya akan tergerus inflasi. Sebab salah satu yang bisa menutup inflasi memang dari kenaikan harga properti," katanya.
Besaran kenaikan harga properti memang tidak dapat diukur pasti. Namun berdasarkan pengalaman Darmadi, kenaikannya selalu diatas inflasi. "Bukan hanya properti, kenaikan harga komoditas lain juga tidak dapat diprediksi. Coba lihat harga batubara April 2021 saat Pandemi, harganya hanya US$ 51, namun setelah pandemi di Oktober 2022 harganya sudah melesat US$ 351. Jadi sebenarnya saat ini best time to invest di properti," tutur Darmadi.
Chief Marketing Officer Bukit Podomoro Jakarta Zaldy Wihardja mengatakan, keyakinan APL dalam menatap 2023 itu dibuktikan dengan tetap berinvestasi dan membangun properti di kawasan Jakarta Timur. Hal itu dilakukan sebagai strategi untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang menginginkan aset dengan pertumbuhan nilai tinggi juga kawasan perumahan mewah yang didambakan dan ditunggu warga Jakarta Timur.
Di Jakarta Timur, Zaldy mengungkapkan, kenaikan harga tanahnya relatif terlambat dibandingkan wilayah Jakarta yang lain. Tapi dalam waktu lima tahun terakhir kenaikannya paling tinggi. Apalagi pemerintah DKI Jakarta berencana untuk menjadikan kawasan Jakarta Timur sebagai kawasan hunian, bukan lagi industri.
"Kami membangun Bukit Podomoro Jakarta karena potensi pertumbuhannya masih sangat tinggi. Saat ini harga tanahnya masih sekitar 20-25 juta per meter, separo dari harga di Jakarta Pusat dan Selatan. Tapi saya yakin 3-4 tahun lagi harga tanah di Jakarta Timur akan melejit," ungkapnya. Jakarta Timur, tambah Zaldy, merupakan daerah Sunrise yang tersimpan di Jakarta dan siap menjadi daerah emas baru selanjutnya.
Zaldy lalu mencontohkan kenaikan harga rumah di Bukit Podomoro satu tahun terakhir yang berkisar 10-15%. Kenaikan tersebut, sudah lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi.
"Properti pasti naik terus. Kalaupun stagnan, pasti tidak lama akan naik lagi. Selain itu, properti memiliki risiko yang terukur, karena asetnya memiliki wujud alias dapat ditinggali," pungkasnya.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20221129060652-17-391952/2023-ekonomi-memburuk-ini-yang-dilakukan-pengusaha-properti

17 November 2022
Krisis sewa Australia mencapai titik terendah baru
SQM Research telah merilis data sewa untuk bulan Oktober, dengan tingkat kekosongan negara anjlok ke level terendah baru dalam 16 tahun hanya sebesar 1,0%, turun dari 1,9% tahun sebelumnya:
Dalam 30 hari hingga 16 November 2022, permintaan sewa ibu kota juga naik 2% lagi dengan kenaikan 12 bulan mencapai 24,4% yang belum pernah terjadi sebelumnya:
Mengomentari hasilnya, direktur pelaksana SQM Research Louis Christopher mencatat bahwa “pasar persewaan nasional masih sangat berpihak pada tuan tanah, terutama untuk ibu kota kita di mana belum ada bukti adanya pelonggaran di pasar persewaan”. Namun, Christopher mengatakan “ada beberapa kabar baik untuk penyewa di sejumlah kota dan daerah di luar ibu kota dimana SQM Research sekarang mencatat kenaikan yang konsisten dalam tingkat kekosongan sewa, meskipun dari basis yang sangat rendah”.
Christopher percaya pelonggaran lowongan sewa regional ini "mungkin dikaitkan dengan aliran populasi kembali ke kota-kota di mana semakin banyak pekerja kerah putih diminta untuk kembali ke kantor". Jika benar, “ini berarti pasar persewaan ibu kota akan terus berada di bawah tekanan besar bagi penyewa di masa mendatang dan mungkin tidak mereda paling cepat hingga akhir 2023”.
Krisis persewaan Australia ditakdirkan untuk menjadi lebih buruk mengingat kedatangan mahasiswa sementara dan visa kerja bersih telah meningkat ke tingkat rekor:
Dampaknya akan lebih parah di kota-kota besar Sydney dan Melbourne, yang merupakan titik pendaratan utama bagi para migran.
https://www.macrobusiness.com.au/2022/11/australias-rental-crisis-hits-new-low/

04 November 2022
The Fed dkk Beri Sinyal Mengendur, Takut Resesi Parah?
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) mengumumkan kenaikan suku bunga lagi pada Kamis (3/11/2022). Bank sentral paling powerful di dunia ini menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 3,75% - 4%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Tetapi, ada sedikit sinyal jika ke depannya kenaikan suku bunga kemungkinan tidak akan agresif lagi. The Fed menyatakan dalam menentukan kenaikan suku bunga ke depannya akan memperhitungkan seberapa besar kenaikan suku bunga yang sudah dilakukan, efeknya terhadap kegiatan ekonomi dan inflasi, serta perkembangan kondisi perekonomian dan finansial. Artinya, ke depannya jika inflasi mulai melandai, maka The Fed kemungkinan akan mengurangi agresivitasnya. Tetapi untuk perekonomian, ketua The Fed Jerome Powell dan kolega bisa jadi akan melihat seberapa parah kemerosotan yang akan dialami. Cara cepat menurunkan inflasi adalah dengan membawa perekonomian memasuki resesi. Saat resesi, demand pull inflation tentunya akan menurun sebab masyarakat akan mengurangi belanjanya. Hal ini lah yang dilakukan bank sentral di dunia saat ini, sangat agresif menaikkan suku bunga, walaupun resesi taruhannya. Kontraksi ekonomi akan lebih baik ketimbang inflasi tinggi yang berkepanjangan. Ketika resesi terjadi dan inflasi akhirnya menurun, maka kebijakan moneter bisa perlahan dilonggarkan guna memacu kembali perekonomian. Hal tersebut akan lebih mudah dilakukan ketimbang menghadapi inflasi yang "mendarah daging". Namun, ada indikasi beberapa bank sentral tidak ingin mengalami resesi yang terlalu dalam akibat suku bunga tinggi. Bank sentral Kanada (Bank of Canada/BoC) sudah secara gamblang menyebutkan hal tersebut. The Fed dan BoC menjadi dua bank sentral yang paling agresif menaikkan suku bunga, dilihat dari besarnya persentase kenaikan. Hingga saat ini, BoC tercatat sudah ada 6 kali kenaikan, bahkan pada Juli lalu sebesar 100 basis poin dan September 75 basis poin. Kenaikan terakhir dilakukan Rabu (26/11/2022) lalu sebesar 50 basis poin. Yang menarik, BoC menaikkan suku bunga di bawah ekspektasi pasar sebesar 75 basis poin. BoC bahkan mengatakan, periode kenaikan suku bunga sebentar lagi akan berakhir, sebab perekonomiannya diperkirakan akan stagnan dalam 3 kuartal ke depan. "Periode pengetatan moneter hampir selesai. Kita sudah dekat, tetapi belum sampai," kata Gubernur BoC, Tiff Macklem, dalam konferensi pers sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (26/10/2022). Macklem mengatakan seberapa tinggi suku bunga akan tergantung dari dampak yang diberikan, seberapa besar kebijakan moneter mampu meredam demand, bagaimana masalah supply diselesaikan serta inflasi dan ekspektasi inflasi merespon kebijakan tersebut. "Kami memperkirakan suku bunga akan kembali dinaikkan. Itu berarti bisa lebih besar dari kenaikan normal, atau bisa juga dengan kenaikan normal 25 basis poin," ujar Macklem. Sebelum BoC, bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sudah lebih dulu mengejutkan pasar dengan menaikkan suku bunga 25 basis poin pada Oktober lalu, padahal sebelumnya diperkirakan akan mengerek 50 basis poin. Salah satu yang dilihat RBA adalah kenaikan suku bunga kredit yang akan membebani warga Australia. Bahkan, banyak warga diperkirakan akan menjual rumahnya akibat kenaikan bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tajam. Berdasarkan data dari RateCity, sebagaimana dikutip Guardian, setiap kenaikan suku bunga sebesar 100 basis poin, akan menambah AU$ 300 untuk pembayaran KPR dengan tenor 25 tahun. RBA mulai menaikkan suku bunga sejak Mei lalu, hingga Oktober tercatat sudah 250 basis poin. Berdasarkan catatan RateCity, pembayaran KPR dengan pagu AU$ 500.000 mengalami lonjakan sebesar AU$ 687. Di bulan ini, RBA kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 2,85%, begitu juga dengan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE). BaoE juga memberikan sinyal akan mengendurkan kenaikan suku bunganya. https://www.cnbcindonesia.com/market/20221104073055-17-385081/the-fed-dkk-beri-sinyal-mengendur-takut-resesi-parah

30 October 2022
BI Checking Ganti, Begini Cara Cek Kredit Online
Jakarta, CNBC Indonesia - Layanan BI checking (SID) telah berganti ke Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK). Layanan tersebut beralih dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan.
BI Checking adalah layanan informasi riwayat kredit Sistem Informasi Debitur (SID) tentang kredit nasabah yang dipertukarkan antar bank dan lembaga keuangan. Ini merupakan salah satu syarat untuk mengajukan kredit bank, sepertti Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Tanpa Agunan (KTA) atau kartu kredit.
SID berisi informasi dari identitas agunan debitur, pemilik serta pengurus badan usaha yang jadi debitur, jumlah pembiayaan yang diterima, riwayat cicilan kredit debitur, dan informasi soal kredit yang macet. Bagi debitur yang belum melunasi pinjaman atau kendala menunggak cicilan pinjaman, maka datanya akan masuk dalam daftar hitam BI checking dan tidak bisa mengajukan pinjaman.
Untuk SLIK berisi informasi riwayat kredit nasabah perbankan dan pembiayaan, serta keuangan lainnya yang disebut sebagai layanan informasi debitur (iDEB). Perbankan, lembaga pembiayaan, dan keuangan memiliki akses data debitur.
Informasi tersebut bisa dilihat oleh publik. Berikut syarat dan cara mengeceknya:
1. Syarat Akses BI Checking SLIK
Siapkan kartu identitas asli, yakni KTP bagi WNI dan Paspor bagi WNA untuk debitur perorangan. Sedangkan debitur badan usaha wajib membawa fotokopi identitas badan usaha dan identitas pengurus dengan mengajukan identitas asli badan usaha.
Datangi kantor OJK di Jakarta atau kantor-kantor perwakilan OJK di daerah.
Isi formulir permohonan SID.
Jika dokumen sudah lengkap, petugas OJK akan melakukan pencetakan hasil iDEB.
2. Cara Mengecek BI Checking atau SLIK Online
Buka link permohonan SLIK konsumen.ojk.go.id/minisitedplk/registrasi.
Isi formulir dan isi nomor antrean.
Silahkan upload foto scan dokumen yang dibutuhkan (KTP, Paspor, NPWP, Akta Pendirian Perusahaan, Identitas Pengurus).
Isi kolom captcha dan klik tombol Kirim.
Tunggu email konfirmasi dari pihak OJK berisi bukti registrasi antrean SLIK Online.
OJK akan memverifikasi data dan pemohon akan menerima pemberitahuan dari pihak OJK berupa hasil verifikasi antrean SLIK online paling lambat H-2 dari tanggal antrean.
Jika data yang disampaikan valid, nasabah bisa mencetak formulir dan menandatanganinya sebanyak 3 kali.
Foto atau scan formulir yang telah ditandatangani.
Lalu kirim ke nomor WhatsApp yang tertera pada email (lengkap dengan foto selfie memegang KTP).
OJK akan lakukan verifikasi data via WA dan melakukan Video Call jika diperlukan.
Apabila lolos, OJK akan mengirim hasil iDEB SLIK lewat email.
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20221030113444-37-383600/bi-checking-ganti-begini-cara-cek-kredit-online

27 October 2022
Kejadian di Negara Tetangga RI: KPR Naik, Warga "Masa Bodoh"
Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan suku bunga sepertinya tak berpengaruh pada warga di negara tetangga RI, Singapura. Hal itu setidaknya diyakini para analis setempat.
Beberapa faktor menjadi penyebab. Seperti pembeli yang memang kaya raya, permintaan sewa yang kuat dan banyaknya warga asing pindah ke Singapura.
Menurut Kepala Penelitian Asia-Pasifik di Knight Frank, Christine Li, pasar real estate Singapura memang didukung "kesejahteraan". Ini, ujarnya, seperti pembeli di Shanghai dan Beijing China yang hanya membutuhkan sedikit pinjaman atau malah tanpa pinjaman sama sekali.
"Ini berbeda dengan pasar seperti Australia dan Selandia Baru," ujarnya dimuat CNBC International, Kamis (27/10/2022).
"Orang membeli rumah karena pertumbuhan pendapatan. Jadi ketika suku bunga mulai naik, Anda dapat melihat reaksinya ... jauh lebih cepat," tegasnya.
Perlu diketahui, bank-bak di Singapura memang baru menaikkan suku bunganya. DBS, IOB, OCBC menaikkan KPR hingga 3,85% pada awal bulan ini.
"Tetapi di pasar yang didukung wealthy seperti Singapura, suku bunga tidak menggerakkan jarum. Karena orang-orang ini bahkan tidak bergantung pada pinjaman untuk mendanai rumah-rumah ini," tegasnya lagi.
"Suku bunga tidak akan menjadi faktor penentu harga turun ... Saya pikir Anda membutuhkan sesuatu yang jauh lebih kuat, terutama dari sisi makro, agar orang-orang menyadari bahwa memasuki pasar pada tingkat harga seperti ini mungkin tidak memberi mereka keuntungan yang mereka inginkan," jelasnya lagi.
Hal sama juga dikatakan Wakil Presiden Senior Penelitian dan Analitik di OrangeTee and Tie. Ia mengatakan pembeli, terutama di kelompok kekayaan teratas di Singapura, memiliki cukup uang untuk mendanai pembelian rumah mereka dan dapat menggunakan kembali modal untuk membayar pinjaman mereka.
"Investor asing dapat terus membeli properti di sini karena mereka menganggap tingkat hipotek kami lebih rendah daripada negara lain," katanya.
"Dolar Singapura kami yang kuat dapat membantu menjaga nilai investasi mereka," tambahnya.
Meski demikian, pendapat berbeda dikatakan Direktur Eksekutif Penelitian dan Konsultasi di Savills, Alan Cheong. Menurutnya tak berarti pasar yang mapan membuat kenaikan suku bunga diabaikan dan menurunkan risiko.
"Ada faktor lain yang menyebabkan harga terus naik, yang tampaknya bertentangan dengan logika ekonomi," katanya.
Merujuk Urban Redevelopment Authority of Singapore, harga properti residensial swasta masih dalam tren naik. Ini bahkan meningkat 3,4% pada kuartal III (Q3) 2022.
Ini membuat pemerintah Singapura mengeluarkan sejumlah langkah-langkah kebijakan. Termasuk pembatasan pinjaman yang lebih ketat dan masa tunggu 15 bulan untuk pemilik rumah pribadi tertentu.
Masa tunggu tersebut dapat mempengaruhi penjualan flat umum. Ini, diyakini pada gilirannya, dapat menyebabkan penurunan permintaan untuk kondominium di pinggiran kota.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20221027142037-4-382996/kejadian-di-negara-tetangga-ri-kpr-naik-warga-masa-bodoh

17 October 2022
Setelah dua tahun bersikap dingin, pekerja asing dan mahasiswa internasional bergegas kembali ke Australia
Oleh Mark Saunokonoko • Jurnalis Senior
Pelajar internasional dan pekerja asing kembali ke Australia dan persetujuan visa sekarang berjalan pada tingkat pra-pandemi, menurut data baru.
Ketakutan bahwa mahasiswa asing yang kecewa, setelah dikurung selama dua tahun, akan meninggalkan Australia dan mencari ke Inggris atau negara lain untuk belajar belum terwujud.
Lonjakan persetujuan akan menjadi musik di telinga banyak bisnis, terutama perusahaan yang beroperasi di sektor jasa yang telah berjuang untuk mengisi lowongan.
Universitas juga akan bernapas lega dengan kembalinya armada mahasiswa yang menghasilkan miliar per tahun untuk ekonomi nasional.
Namun, akan ada kerugian bagi sebagian orang.
Pendatang baru akan memberikan lebih banyak tekanan pada pasar sewa, terutama di Sydney dan Melbourne di mana pasokan sudah sangat banyak.
Sebuah laporan baru-baru ini menyarankan penyewa akan segera mencapai batas keuangan mereka.
"Masuknya pasti akan membantu beberapa kekurangan tenaga kerja tersebut, yang banyak dikeluhkan oleh bisnis," kata ekonom senior AMP Capital Diana Mousina kepada 9news.com.au.
Dia memperkirakan sektor perhotelan, pariwisata dan administrasi, yang selama berbulan-bulan melihat kumpulan karyawan dan basis pelanggan mereka hancur, akan segera merasakan peningkatan.
Tetapi persaingan ekstra untuk pekerjaan akan berdampak pada pekerja Australia, katanya.
"Salah satu alasan kami memiliki kinerja ketenagakerjaan yang kuat dalam dua tahun terakhir adalah karena kami menutup perbatasan kami.
"Kami harus mengisi celah itu dengan menggunakan pekerja rumah tangga, daripada mengandalkan orang asing."
Mousina mengatakan kembalinya pekerja asing akan digabungkan dengan inflasi yang lebih tinggi untuk mendorong tingkat pengangguran naik dari level terendah 48 tahun saat ini.
Migrasi yang bangkit kembali juga dapat berdampak pada permintaan perumahan baru, katanya, yang rentan terhadap kenaikan suku bunga Reserve Bank baru-baru ini, katanya.
"Kami sebenarnya bisa melihat konstruksi perumahan tidak menurun sebanyak yang diharapkan tahun depan."
Meskipun kedatangan permanen dan jangka panjang telah pulih ke tingkat sebelum virus corona, perjalanan internasional ke Australia bergerak jauh lebih lambat.
Data kedatangan dan keberangkatan luar negeri untuk Agustus terus meningkat tetapi tetap sekitar setengah dari kapasitas pra-pandemi.
https://www.9news.com.au/national/international-student-working-holiday-visas-back-to-pre-pandemic-covid-19-levels/9be29762-319f-410a-b97c-25f6f3cc4f18

24 September 2022
Apakah Australia menuju resesi?
Oleh reporter bisnis Gareth Hutchens
Pada hari Rabu, wakil gubernur Reserve Bank of Australia memperingatkan prospek ekonomi global tidak baik.
"Itu di ujung pisau," katanya.
Kurang dari 48 jam kemudian, Bank of England mengatakan Inggris mungkin sudah dalam resesi.
Ada kekhawatiran yang berkembang tentang Amerika Serikat, yang tampaknya menuju resesi.
Dan ekonomi China tegang di bawah tekanan kebijakan nol-COVID dan masalah di pasar properti raksasa.
Akankah resesi di Australia tak terelakkan?
Resesi 'kemungkinan'
Pejabat RBA mengatakan bahwa, pada titik ini, mereka masih memiliki keyakinan bahwa Australia dapat menghindari resesi.
Mereka mengatakan pasar tenaga kerja kita yang sangat ketat, dan tingkat penghematan dalam perekonomian, diharapkan dapat melindungi Australia dari guncangan negatif yang berasal dari luar negeri.
Tapi tidak semua orang optimis.
Beberapa ekonom menduga bahwa, karena begitu banyak negara menaikkan suku bunga dalam hiruk-pikuk yang tidak terkoordinasi, pertumbuhan global akan melambat secara dramatis dalam 12 bulan ke depan dan Australia tidak akan dapat menghindari dampaknya.
Jo Masters, kepala ekonom Barrenjoey, mengatakan kemungkinan resesi "di kartu" untuk Australia.
Mengapa? Sebagian karena RBA akan dipaksa untuk terus menaikkan suku bunga selama negara lain terus melakukannya, dan itu akan membawa ekonomi Australia ke wilayah resesi.
Target suku bunga RBA saat ini adalah 2,35 persen.
Ms Masters mengatakan pemodelannya menyarankan suku bunga sekitar 3 persen akan cukup untuk membawa inflasi kembali ke kisaran target RBA pada awal 2024, tetapi RBA mungkin akan menaikkan suku bunga menjadi 3,35 persen.
"Ini akan memiliki konsekuensi ekonomi - melemahnya prospek pertumbuhan dan melihat tingkat pengangguran terangkat," katanya.
"Pemodelan B*Eco menunjukkan ini akan mendorong ekonomi ke dalam resesi."
Dan apa yang akan terjadi setelah Australia mengalami resesi?
Ms Masters mengatakan ketika aktivitas ekonomi domestik mulai melemah dengan cepat tahun depan, RBA akan menurunkan suku bunga lagi untuk merangsang aktivitas.
Dan penurunan suku bunga itu akan terjadi menjelang akhir tahun depan.
Jadi, RBA akan menaikkan suku bunga lebih dari yang diinginkannya dalam beberapa bulan mendatang - mendorong ekonomi ke dalam resesi - dan kemudian akan mulai memangkas suku bunga untuk membuat resesi senyaman mungkin.
"Ini harus cukup untuk meninggalkan resesi apa pun yang relatif pendek dan dangkal, dan mungkin itulah yang diperlukan untuk memperkuat jalur kembali ke inflasi 2-3 persen," kata Masters.
Dia berpikir RBA akan menaikkan target suku bunga sebesar 0,5 poin persentase bulan depan, dari 2,35 persen menjadi 2,85 persen.
Tingkat tunai menuju 3,6 persen?
Bill Evans, kepala ekonom Westpac, telah membuat argumen serupa.
Pada bulan Juli, dia sudah memperkirakan RBA untuk menaikkan target suku bunga menjadi 3,35 persen, tetapi minggu ini dia mengangkat perkiraan itu lebih tinggi.
Dia mengatakan pandangan keras kepala untuk inflasi yang tinggi dan pertumbuhan upah di AS, dan kenaikan suku bunga secara global, telah mengubah pikirannya.
Dia mengatakan dia juga menduga RBA akan menaikkan suku bunga sebesar 0,5 poin persentase lagi bulan depan.
Tapi dia sekarang berpikir RBA pada akhirnya akan mengangkat target suku bunga menjadi 3,6 persen pada awal tahun depan.
Dia mengatakan karena bank sentral global berencana untuk terus menaikkan suku bunga, RBA harus mengikutinya untuk menghentikan dolar Australia kehilangan terlalu banyak nilai.
Mengapa? Untuk alasan yang mirip dengan Ms Masters.
Jika mata uang asing dibiarkan mendapatkan terlalu banyak nilai terhadap dolar Australia, itu mungkin mendorong orang asing untuk membeli lebih banyak barang dan jasa Australia daripada yang seharusnya mereka miliki, dan itu akan mempersulit RBA untuk menekan inflasi dari ekonomi Australia.
Mr Evans mengatakan itu adalah alasan utama mengapa RBA tidak ingin tingkat tunai Australia tertinggal terlalu jauh di belakang suku bunga utama AS.
"Ingatlah bahwa alasan utama mengapa RBA dengan enggan mengadopsi pelonggaran kuantitatif pada tahun 2020 adalah mempertahankan daya saing dalam dolar Australia," katanya.
"Gubernur RBA akan khawatir bahwa pelebaran tajam dari perbedaan hasil yang diharapkan dengan suku bunga global akan berimplikasi pada melemahnya dolar Australia yang memperumit tantangan inflasi."
Pada titik ini, dia memperkirakan ekonomi Australia akan tumbuh hanya 1 persen pada 2023.
Secara keseluruhan, dia berpikir bank sentral mengambil kebijakan 'paling tidak menyesal' dengan berbuat salah dengan menahan inflasi "dengan potensi biaya pertumbuhan dalam waktu dekat."
Mengembalikan kebijakan beberapa dekade
David Bassanese, kepala ekonom di BetaShares, juga berpikir RBA mungkin akan menaikkan target suku bunga sebesar 0,5 poin persentase bulan depan.
Dia mengatakan RBA tidak ingin dolar Australia kehilangan terlalu banyak nilai terhadap mata uang lainnya.
"Pada US66c, dolar Australia telah jatuh 13 persen dari puncaknya US76c pada April tahun ini," katanya.
"Harapan saya adalah dolar Australia akan mengakhiri tahun di sekitar US62-63c."
Jadi, apakah ada masalah koordinasi yang jelas antara bank sentral global?
Ketika bank sentral di mana-mana menaikkan suku bunga untuk membunuh inflasi, itu menciptakan tekanan bagi bank sentral yang sama untuk terus menaikkan suku bunga untuk mencegah mata uang mereka kehilangan nilai terhadap mata uang utama lainnya.
Sementara itu, kecepatan dan luasnya kenaikan suku bunga secara global mendorong ekonomi utama dunia menuju resesi.
Awal pekan ini, wakil gubernur RBA Michele Bullock ditanya apakah ada kasus yang harus dibuat untuk beberapa koordinasi di antara bank sentral global untuk menghentikan kerusakan yang terjadi dari kenaikan suku bunga AS dan penguatan dolar AS.
Tetapi Bullock menolak gagasan itu, dengan mengatakan itu akan mengubah kebijakan beberapa dekade.
"Nilai tukar dapat memainkan peran yang sangat positif," katanya.
"Di Australia, kami biasanya berpikir seperti itu karena memberi kami fleksibilitas dan kemampuan untuk menjalankan kebijakan kami sendiri, sebagian besar, tanpa harus mengikuti apa yang dilakukan orang lain di negara lain.
"Kami tidak sepenuhnya kebal, tetapi itu memberi kami lebih banyak fleksibilitas."
Dia mengatakan dia tidak berpikir koordinasi bank sentral global adalah hal yang benar untuk dilakukan dalam situasi ini, terlepas dari segalanya.
"Dalam arti, dolar AS merespons kondisi ekonomi relatif, dan inflasi dan suku bunga di AS, relatif terhadap negara lain," katanya.
"Itu yang kamu harapkan."
https://www.abc.net.au/news/2022-09-24/is-australia-headed-for-a-recession/101467854?utm_campaign=abc_news_web&utm_content=link&utm_medium=content_shared&utm_source=abc_news_web

01 September 2022
'Kami berada di titik krisis': Menyerukan anak-anak Australia berusia 13 tahun untuk mulai bekerja untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja
Penulis: Rhiannon Lewin
Dengan lebih dari 40.000 lowongan pekerjaan di ritel saja, satu organisasi industri mengatakan solusinya mungkin tepat di depan kita.
Remaja berusia 13 tahun dapat segera membuat kopi dan mengemas bahan makanan, sebagai bagian dari proposal oleh Asosiasi Pengecer Australia (ARA) untuk mengisi kesenjangan kekurangan tenaga kerja di seluruh negeri.
Dalam pengajuan ke KTT Pekerjaan dan Keterampilan, kepala eksekutif ARA Paul Zarha mengatakan kekurangan tenaga kerja di Australia perlu ditangani.
“Kami berada pada titik krisis dalam hal kekurangan tenaga kerja,” katanya.
“Dengan lebih dari 40.000 lowongan pekerjaan di perdagangan ritel di seluruh negeri – pertumbuhan lowongan terbesar ada di ritel.”
Zahra mengatakan kerangka kerja nasional tentang usia kerja yang sah dapat memungkinkan orang Australia yang lebih muda untuk mengisi kekurangan tenaga kerja.
“Apa yang kami cari adalah konsistensi nasional dan kemampuan untuk memanfaatkan pekerja pelajar yang bersedia secara konsisten di seluruh negeri,” katanya.
“Saat ini, ada perbedaan seputar usia kerja legal untuk siswa, dengan negara bagian dan teritori menetapkan peraturan mereka sendiri. Bukan bisnis untuk menentukan usia kerja minimum – itu pekerjaan untuk pemerintah.”
Saat ini, di NSW, tidak ada usia minimum untuk bekerja paruh waktu.
Di Victoria, usia minimum umum untuk pekerjaan paruh waktu atau kasual adalah 15 tahun.
Di Queensland, usia minimum untuk bekerja paruh waktu umumnya 13 tahun, tetapi di bawah 16 tahun memerlukan persetujuan orang tua.
“Model yang ideal adalah di mana kami mengizinkan anak berusia 13 hingga 15 tahun untuk bekerja, dengan peraturan yang masuk akal tentang tidak bekerja selama jam sekolah atau pada waktu yang akan berdampak pada pendidikan anak muda,” kata Zahra.
“Menyetujui kerangka kerja nasional tentang pekerja muda akan membantu memobilisasi kelompok orang yang bersedia dan mampu untuk membantu mengatasi kekurangan staf.
“Kebanyakan orang Australia mendapatkan pekerjaan pertama mereka di ritel atau perhotelan dan belajar banyak keterampilan yang mempersiapkan mereka untuk masa depan mereka. Perubahan sederhana seperti ini bisa berdampak langsung pada pengisian lowongan.”
Sementara itu, Wakil Rektor Universitas Sydney Mark Scott mengatakan fokus pemerintah yang lebih kuat pada pendidikan tinggi akan membantu mengatasi krisis kekurangan keterampilan.
Dalam pidatonya di National Press Club pada hari Rabu, Profesor Scott mengatakan model pendanaan untuk universitas perlu ditingkatkan.
Menjelang KTT pekerjaan dan keterampilan pemerintah, yang dimulai pada hari Kamis, wakil rektor mengatakan sangat penting untuk ada peningkatan investasi nasional dalam penelitian untuk mendorong pekerjaan di masa depan.
“Perubahan besar dalam ekonomi dan pasar tenaga kerja Australia telah terjadi. Lebih dari setengah pekerjaan baru yang diciptakan selama 30 tahun terakhir hanya dapat dimiliki oleh orang-orang dengan kualifikasi pasca-sekolah,” kata Scott.
“Saya ingin orang-orang di KTT pekerjaan dan keterampilan besok untuk mempertimbangkan tidak hanya tantangan langsung, di mana migrasi pasti akan menjadi salah satu jawabannya, tetapi tantangan itu akan dihadapi Australia satu dekade dari sekarang.”
Pidato tersebut juga menyoroti visi universitas untuk dekade berikutnya.
Di antara beberapa tujuan yang digariskan adalah untuk memungkinkan lebih dari 1000 siswa dari latar belakang sosial ekonomi rendah dan sekolah yang kurang beruntung untuk belajar di universitas, bersama dengan penekanan yang lebih besar pada pendidikan yang berfokus pada siswa.
https://7news.com.au/business/workplace-matters/were-at-crisis-point-calls-for-aussie-kids-as-young-as-13-to-start-work-to-address-labour-shortages--c-8067447

18 August 2022
Jika harga properti turun, mengapa sewa naik?
Oleh Tawar Razaghi
Penyewa yang mendengar pembicaraan tentang penurunan pasar perumahan akan dimaafkan karena berpikir mereka akan mendapatkan jeda dari biaya sewa mereka.
Sementara nilai properti nasional turun 2 persen dalam tiga bulan hingga Juli, berdasarkan angka CoreLogic, dan diperkirakan akan turun lebih jauh, pasar sewa menuju ke arah yang berlawanan.
Negara ini berada dalam cengkeraman krisis sewa lainnya, dengan sewa Australia sekarang 9,8 persen lebih tinggi sepanjang tahun hingga Juli berdasarkan angka CoreLogic – dan itu tidak mungkin mereda karena pertumbuhan populasi kembali normal, menambah lebih banyak permintaan sewa.
Harga sewa dan properti berbeda karena harga properti sebagian besar didorong oleh suku bunga dan kemudahan mendapatkan pinjaman rumah, sementara biaya sewa tergantung pada ketersediaan sewa dibandingkan dengan permintaan, kata para ahli.
Jadi, sementara kombinasi dari kenaikan suku bunga dan batas kapasitas pinjaman telah mengurangi anggaran pembeli rumah, tingkat kekosongan sewa telah anjlok ke rekor terendah di seluruh negeri, meninggalkan penyewa dengan sedikit pilihan untuk dipilih dan pemilik memegang kendali dalam membebankan biaya sewa yang lebih tinggi.
Pilihan yang tersedia semakin dibatasi karena beberapa pemilik telah memindahkan properti mereka dari pasar sewa jangka panjang ke pasar jangka pendek saat ekonomi dibuka kembali dan pariwisata kembali.
Dampak Ekonomi dan Kebijakan ekonom Dr Angela Jackson mengatakan sementara pemilik dapat menggunakan alasan tingkat hipotek yang lebih tinggi sebagai alasan untuk kenaikan sewa, ketersediaan sewa adalah pendorong utama.
“Suku bunga yang lebih tinggi mungkin digunakan sebagai alasan, tetapi itu bukan alasan untuk mendorong harga sewa yang lebih tinggi. Kenyataannya adalah pasar telah menyempit secara signifikan, dan mereka dapat meningkatkan sewa mereka, jadi mereka melakukannya, ”kata Jackson.
“Anda akan berpikir akan ada hubungan antara harga rumah dan sewa, tetapi itu tidak berlaku – ini tentang pasokan perumahan sewa.”
Jackson mengatakan tren perubahan iklim (pohon dan laut) mendorong lebih banyak penyewa ke pasar sewa regional yang sudah kekurangan pasokan. Mengubah formasi rumah tangga juga menekan jumlah properti yang tersedia untuk disewakan, karena penyewa menyimpan kamar tidur cadangan untuk kantor rumah atau berbagi dengan lebih sedikit teman serumah selama pandemi.
“Itu sebagian ada hubungannya dengan orang-orang yang pindah rumah dan pindah kembali. Ada lebih sedikit orang di setiap rumah tangga, sifat dari apa yang dituntut orang telah berubah, dan Anda mendapatkan kembalinya migrasi. Para pendatang kembali ke tingkat pra-pandemi.”
Ekonom senior Institut Australia Matt Grudnoff mengatakan alasan utama harga properti di pasar penjualan meroket selama dua tahun setelah pandemi melanda adalah karena biaya pinjaman uang berada pada rekor terendah dan sekarang kembali meningkat.
“Alasan harga rumah naik ketika harga turun bukan karena semua orang lebih kaya. Itu karena uang lebih murah, ”kata Grudnoff.
“Biaya perumahan adalah kombinasi dari harga dan suku bunga. Hampir semua orang meminjam untuk membeli rumah.”
Sementara itu, permintaan sewa melonjak ketika ada kekurangan ketersediaan seperti sekarang, katanya, menempatkan tuan tanah di kursi kotak dan membiarkan mereka menaikkan harga.
Kepala eksekutif Persatuan Penyewa NSW Leo Patterson Ross mengatakan tidak ada cukup rumah yang tersedia untuk disewakan yang sesuai dengan kebutuhan penyewa selama dua tahun pandemi, di mana ruang, fasilitas, dan properti berkualitas baik lebih berharga daripada sebelumnya.
“Tidak ada cukup rumah yang cocok dalam ukuran dan lokasi serta harga dan kualitas untuk kebutuhan masyarakat,” kata Patterson Ross.
Dia mengatakan meminta sewa pada akhirnya ditentukan oleh penawaran dan permintaan.
“Pada akhirnya, apakah ada cukup properti untuk memenuhi permintaan orang-orang yang perlu menyewa? [Pasar penjualan dan penyewaan] ditentukan oleh faktor yang sangat berbeda, dan mereka dapat bergerak ke arah yang berbeda.”
Sementara kenaikan suku bunga dapat mendorong pemilik untuk menaikkan harga sewa yang mereka minta, dan beberapa investor dengan cepat menyarankan untuk memberikan biaya pinjaman yang lebih tinggi kepada penyewa, undang-undang negara bagian membatasi seberapa sering pemilik dapat meningkatkan sewa.
“Pasangan di Melbourne itu, misalnya, yang baru saja membeli tempat dan hanya memasang uang sewa. Jika biaya mereka berubah seminggu setelah kontrak, mereka tidak memiliki kapasitas secara hukum untuk meningkatkan sewa” katanya, menambahkan bahwa seseorang yang telah memegang properti lebih lama dapat menguji pasar lagi.
Dia mengatakan bahwa biaya terbesar untuk pemilik adalah komponen bunga pembayaran hipotek mereka. Kenaikan suku bunga membebani dompet publik jika sewa pemilik tidak menutupi biaya memegang aset melalui pengurangan pajak yang tersedia untuk properti yang diarahkan secara negatif, dan para ahli memperkirakan keringanan pajak ini dapat membebani pembayar pajak hingga $ 6 miliar di tahun-tahun mendatang.
https://www.smh.com.au/property/news/if-property-prices-are-going-down-why-are-rents-going-up-20220816-p5badd.html